Pages

Saturday, May 18, 2019

Dibantu NASA, LDII Bangun PLTS di Ponpes Wali Barokah

Pakar PLTS, aplikator PLTS di Ponpes Wali Barokah, Horisworo menyampaikan PLTS tersebut  akan menghasilkan 1 juta Watt maksimalnya. 

Saat ini, belum dioptimalkan seluruhnya, karena kebutuhan ponpes dengan 5.000 santri tersebut sudah terpenuhi dan masih ada banyak kelebihan. Penerangan di ponpes yang terletak di tengah Kota Kediri tersebut, juga sangat bagus. 

Hal ini membuat santri lebih nyaman belajar dan beraktivitas serta kondisi tersebut di dapat dengan efisien karena memanfaatkan PLTS.  

"Prinsipnya ponpes Walibarokah sudah mempraktekkan dan berinvestasi jangka panjang dalam bidang EBT. Pembangunan dan pengembangan ponpes adalah sebuah keniscayaan, dan kami sudah menabung, sudah berinvestasi untuk mandiri energi, memanfaatkan karunia Allah," kata Horisworo. 

"Maka kami serius membangunnya, sampai untuk penentuan titik dimana intensitas sinar matahari terbesar, kami minta bantuan satelit NASA. Ya di gedung inilah yang intensitas sinar matahari tertinggi (Dibandingkan beberapa gedung di ponpes tersebut),” ucap pria asal Banyumas tersebut.

Horisworo mengatakan, saat ini warga Kota Bandung, juga sudah merencanakan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bio Masa (PLTBM) dengan memanfaatkan sampah harian dari warga ponpes yang jumlahnya ribuan orang.

"Dari sampah atau suatu yang dibuang bisa kita manfaatkan menjadi energi. Dengan berbekal pengalaman telah membuat PLTMB di Bandung, saya punya keinginan bisa menghadirkannya di ponpes ini. Potensi dari sampah disini sangat besar, dan bisa makin mengokohkan kemandirian energi ponpes ini. Tinggal menunggu bagaimana musyawarah pimpinan pondok," kata Horisworo.

Sebelumnya, untuk memenuhi kebutuhan energi listrik secara mandiri juga dikembangkan pembangkit lisrik berskala kecil, Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) di pabrik teh Jamus di Ngawi. 

Pabrik teh peninggalan Belanda pada 1928 seluas 478 ha itu, semula digarap menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kayu bakar. Kini semuanya menggunakan listrik secara mandiri PLTMH. PLTMH dirancang oleh Horisworo pada 2000.  

Menurut Purwanto Wahyu, Pimpinan Perkebunan Jamus, untuk satu unitnya mampu menghasilkan 100 kwh dengan investasi awal sebesar Rp 1,7 miliar.

Kemudian setelah itu dibangun satu unit lagi dengan biaya Rp 900 juta dengan menghasilkan 100 kwh dan setahun kemudian disusul pembangunan lagi yang melewati tanah masyarakat dengan menghasilkan 50 kwh. 

Let's block ads! (Why?)

from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com kalo berita kurang lengkap buka link disamping http://bit.ly/2EhJFSl

No comments:

Post a Comment