Liputan6.com, Palu - Letusan Gunung Soputan, yang dimulai pada Rabu pagi, 3 Oktober dan masih berlangsung hingga kini, bisa terlihat dari angkasa luar oleh satelit cuaca Jepang, Himawari-8.
Dalam Graphics Interchange Format (GIF) yang dibuat dan dibagikan oleh ahli meteorologi Dakota Smith, orang-orang dapat melihat gumpalan abu vulkanik membumbung tinggi dengan cepat dari pucuk gunung, sebelum akhirnya tertutup oleh awan yang berarak.
Himawari-8 adalah satelit cuaca kedelapan yang dimiliki dan dioperasikan oleh Badan Meteorologi Jepang. Satelit ini mampu memantau bagian Bumi yang sama dan mengawasi hal-hal seperti kebakaran hutan, awan, dan bahkan erupsi gunung berapi.
Soputan volcanic eruption as seen by the Himawari-8 satellite. (cc @janinekrippner, @SquigglyVolcano ) pic.twitter.com/doJvsDlMrw
— Dakota Smith (@weatherdak) October 3, 2018
Mengutip artikel yang ditulis oleh jurnalis sains Robin George Andrews pada Forbes, Kamis (4/10/2018), bahaya terbesar yang mengintai masyarakat sekitar --untuk saat ini-- adalah hujan abu. Apabila partikel tersebut terhirup oleh manusia, maka dapat menyebabkan masalah pernafasan dan bahkan kardiovaskular yang serius.
Pihak berwenang pun telah mengeluarkan peringatan kepada warga yang masih berada di dekat Gunung Soputan agar mengenakan masker dan dilarang beraktivitas dalam radius 4 km dari gunung berapi tersebut, sebab gunung telah berstatus Siaga.
From morning to night, #Soputan has erupted volcanic ash as high as 4,000-6,000 m. Lava flows/rockfalls & pyroclastic flows traveled towards the W-SW. Standby Status (lvl 3). The exclusion zone is within a 4 km radius with expanded sector to the W-SW out to 6.5 km. https://t.co/eIpOSRSOeJ
— Dr Janine Krippner (@janinekrippner) October 3, 2018
Meskipun letusan Gunung Soputan tampak signifikan bagi orang yang berada di daratan, namun beda halnya ketika dilihat dari "mata" satelit. Peristiwa semacam itu terlihat bak petasan dari perspektif Himawari-8.
The #earthquake and subsequent #tsunami that hit Indonesia has devastated Sulawesi island, and the city of #Palu. Seen here is the Teluk Palu Bridge. The before image is from August 17th and the after image is from, today, October 1st. pic.twitter.com/Xf0dXFAnri
— DigitalGlobe (@DigitalGlobe) October 1, 2018
"Itulah sebabnya, selain memiliki nilai ilmiah yang jelas, citra satelit menjadi alat yang vital. Ini mampu memberi kita gambaran. Bukan hanya karena mampu mengingatkan kita tentang peristiwa alam di muka Bumi, seperti letusan gunung berapi dan tsunami, tapi juga menyoroti betapa kecilnya manusia jika dilihat dari luar sana," tulis Andrews.
Saksikan video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment