Warga pun semakin resah, bukan hanya karena ketidakharmonisan antarwarga. Mereka juga meresahkan dampak yang ditimbulkan karena tambang di Pulau Wawonii itu.
Sedikitnya ada 15 izin usaha pertambangan aktif yang ada di Pulau Wawonii. Warga yakin jika nantiya tambang-tambang itu telah beroperasi, maka kondisi alam yang berada di pulau itu akan semakin rusak.
"Suami-suami kami tak bisa melaut lagi di sekitar pulau Wawonii bagian tenggara. Air di sekitar sana sudah kuning, kami harus keluar jauh agar dapat ikan," ujar Suharti, salah seorang ibu rumah tangga asal Wawonii, Kamis, 14 Maret 2019.
Usai menerima izin dari pemerintah, investor pun langsung melakukan eksplorasi di Pulau Wawonii. Warga pun semakin marah karena para pengusaha tambang itu menggunakan alat berat dan merusak kebun pala dan jambu mete milik warga.
"Kami ini petani, kami bisa kasih sekolah anak-anak kami dengan berkebun. Tak butuh tambang, kami punya motor dan mobil bukan karena tambang, tapi karena berkebun," ujar Almia, ibu-ibu lainnya.
Dari keterangan warga, di wilayah Wawonii Tenggara, ada sekitar 200 keluarga yang menggantungkan hidupnya dari bertani. Sebagian besar dari merkea menanam kelapa, jambu mete, pala, dan cengkeh di kebun mereka.
Untuk petani jambu mete saja, mereka sedikitnya bisa memanen 4 sampai 5 ton jambu mete setiap musim panen. Pada tahun 2018, ada sekitar 600 ton jambu mete kualitas terbaik yang dihasilkan di wilayah itu.
"Tahun 2017 ada 400 ton. Itu hanya mete, belum yang lain. Kami benar-benar tak butuh tambang. Sebab, kami sudah berkecukupan dengan bertani dan menjadi nelayan," ujar Rasyid, salah seorang warga Wawonii.
from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com kalo berita kurang lengkap buka link disamping https://ift.tt/2TK4cba
No comments:
Post a Comment