Liputan6.com, Jakarta - Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan membandingkan pengungkapan kasus teror dengan perampokan yang terjadi di dekat rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Menurut dia, perampokan yang terjadi dua minggu sebelum dia diserang air keras itu seketika langsung diungkap oleh aparat kepolisian. Sementara kasusnya hingga kini belum juga menemukan titik terang.
"Kenapa sih tidak mau diungkap?. Ini serangan tidak terjadi pada tempat tersembunyi. CCTV tidak diambil polisi. Dua minggu sebelumnya ada perampokan, dan polisi mengambil CCTV tersebut dan menemukan pelaku," ujar Novel di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (26/1/2019).
Menurut Novel, CCTV yang ada di lokasi perampokan diambil oleh penyidik kepolisian untuk dijadikan bukti.
Sementara CCTV di lokasi penyerangan air keras terhadap dirinya dibiarkan polisi hingga akhirnya menghilang.
"Artinya polisi atau penyidik Polri yang bertugas mestinya tahu ada CCTV, tapi untuk kasus saya mereka tidak mengambil, sidik jari belakangan ini saya ketahui sudah tidak ada, bukti elektronik malah hilang," kata Novel.
Tetap Berharap
Meski begitu, Novel tetap berharap pelaku maupun dalang dalam terornya ini terungkap. Novel meminta Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk segera bertindak agar teror terhadap penyidik maupun komisioner KPK tak terulang kembali.
"Saya mendesak kepada Presiden, saya yakin bapak sudah tahu lama orang-orang KPK yang diserang sudah banyak, ada lima kasus yang tidak terungkap apakah Bapak Presiden tidak terusik? apakah nyaman dengan situasi ini? apakah bapak tidak ingin bertanya dan tidak ingin tahu sehingga TGPF pun tidak mau bentuk," kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
No comments:
Post a Comment