EY menambahkan, perusahaan keuangan kemungkinan akan memindahkan lebih banyak asetnya dan menciptakan lebih banyak pekerjaan di kota-kota Eropa lainnya dalam beberapa minggu mendatang.
Selama beberapa dekade ini, London telah menjadi ibukota keuangan Eropa dan merupakan markas internasional bagi puluhan bank global.
Berdasarkan City of London Corporation, industri jasa keuangan memperkejakan 2,2 juta orang di seluruh negeri, dan memberikan kontribusi 12,5 persen dari produk domestik bruto (GDP). Hal ini menghasilkan pendapatan pajak USD 100 miliar atau setara Rp 1.414 triliun setiap tahunnya.
Ekonomi Inggris menjadi menderita akibat Brexit. Inflasi melonjak dan kepercayaan konsumen menurun, serta merugikan sektor ritel negara ini. Selain itu, investasi bisnis telah turun secara drasti karena ketidakpastian perusahaan. Selain itu, pabrik besar termasuk Airbus telah memperkirakan bahwa mereka mungkin harus keluar dari Inggris karena ketidakpastian akibat Brexit.
Schaeffer, grup teknik Jerman menutup dua pabriknya di Inggris karena ketidakpastian. Bukti yang sangat nyata baru-baru ini muncul pada Senin 7 Januari 2019, ketika produsen dan penjual Motor Inggris mengatakan, penjualan mobil baru di negara itu turun 6,8 persen pada 2018 dan ini menjadi tahun kedua penurunan penjualan berturut-turut.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
No comments:
Post a Comment