Liputan6.com, Kediri - Sejak sepekan terakhir bahan dasar kain tenun ikat mengalami kenaikan harga. Hal ini diduga dipicu fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah.
Menurut Siti Ruqoyah, pemilik usaha sentra tenun ikat di Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, semua bahan dasar tenun ikat merupakan produk impor asal India.
"Dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar tentunya membawa dampak pada perubahan harga," tutur Siti, Jumat, 28 September 2018.
Bahan baku tenun ikat yang mengalami kenaikan, di antaranya benang katun. Sebelum dolar naik, harga benang katun untuk per lima kilogram dibanderol 750 ribu, kini menjadi 780 ribu.
Kemudian benang sutra, sebelumnya Rp 3.330.000 naik menjadi Rp 3.400.000. Sementara benang rayon yang semula 400 ribu naik menjadi 425 ribu.
"Semuanya naik, Mas, kalau benang katun itu bahan dasarnya untuk membuat baju. Benang sutra dibuat untuk kain sutra, sementara benang rayon paling sering dibuat syal," ucap Ibu dua anak ini.
Meski bahan baku impor naik, Siti Ruqoyah mengaku masih tetap menjual produknya tersebut dengan harga lama.
"Ya, kita tetap bertahan, tetapi kalau bahan bakunya per potong sudah naik kisaran 5 ribu, baru kita naikkan. Sampai saat ini masih di kisaran 2 ribu per lembar," ujarnya.
Dengan kondisi seperti ini, ia berharap nilai tukar rupiah terhadap dolar kembali menguat. Secara kumulatif, Siti Ruqoyah mengaku dalam waktu satu hari ia bisa memproduksi enam puluh pesanan, di antaranya baju jenis katun, sarung tenun, syal dan kain sutra.
Tarifnya bervariasi untuk baju jenis katun satu potong dihargai Rp 315 ribu. Kain sutra Rp 440 ribu, semisutra Rp 320 ribu, syal Rp 90 ribu, sarung kualitas A agak lebih mahal dibanderol Rp 225 ribu. Sementara sarung kualitas B Rp 185 ribu.
Diketahui bahwa di wilayah Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri Jawa Timur, selama bertahun tahun memang dikenal sebagai daerah kampung Industri berbasis tenun ikat. Ditempat ini terdata, kurang lebih ada 12 pelaku usaha.
Saksikan video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment