Liputan6.com, Pekalongan - Langit biru di atas Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, ikut menyaksikan iring-iringan manusia membawa air yang akan disiram ke pohon aren, gula aren setangkep dan aren sakjodo. Mengapa aren?
"Pohon ini tidak gampang tumbuhnya, tapi masyarakat di sini benar-benar merasakan manfaat aren yang dapat diolah menjadi gula merah dan gula semut yang menjadi sumber penghasilan mereka," kata Agus Dwi Nugroho, Camat Petungkriyono, Sabtu, 29 September 2018.
Pohon aren juga dimaknai sebagai gambaran kehidupan manusia, mulai dari tumbuh sampai matinya. Manfaatnya pun dapat dicontoh manusia dalam menjalani kehidupan.
Berbagai kegiatan di bawah langit Petungkriyono sepanjang hari itu adalah rangkain Festival Rogojembangan yang diadakan Pemkab Pekalongan. Mereka terinspirasi Festival Dieng yang berjarak sekitar satu jam perjalanan ke arah selatan.
Ini festival budaya pertama di Kabupaten Pekalongan, berlangsung 28-30 September 2018, dengan melibatkan UKM-UKM unggulan di kabupaten tersebut dan berbagai kelompok seniman.
Nama Rogojembangan dipakai untuk menggambarkan masyarakat (rego) yang bersatu dalam sebuah wadah budaya (jembangan). Maka, Festival Rogojembangan menjadi tempat berkumpulnya masyarakat Pekalongan dengan beragam budaya lewat sejumlah pertunjukan, seperti kuda lumping, kuntulan, dan sintren Langensari.
Pada malam pertama diadakan pagelaran musik para musisi asal Pekalongan seperti Reggae Cassava, Keroncong Wapres dan Seroja Entertainment. Malamnya hadir musik alas dengan bintang tamu Kailasa (Dieng), Olski dari (Jogjakarta), dan Tigapagi dari (Bandung).
from Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com kalo berita kurang lengkap buka link disamping https://ift.tt/2DK4urK
No comments:
Post a Comment